Mr. O’Neil beranjak dari tempat duduknya, terlihat ia berusaha menghapus air mata dari sudut-sudut wajah yang sudah tak muda lagi itu. Sebelum berbalik menuju kamarnya ia tersenyum kearahku, yang seakan mengatakan: aku masih kuat Hatta. Namun bagiku pandangan itu seolah-olah berucap: Hatta, sungguh aku benar-benar merindukan mendiang istriku, Liliana. “Good night Hatta” “Good night dad. Sleep well” balasku lembut.
Buku itu masih dalam peganganku. Buku ini adalah suara dan curhatan hati seorang pria 60an tahun yang merindu mendiang istrinya. Rindu akan sesosok istri yang selalu tersenyum padanya. Rindu akan dekapan cinta penuh kasih istrinya.
Mari kita awali dulu tulisan ini dengan firman Alloh :
“Dan Kami telah menciptakan jin, sebelum itu, dari api yang sangat panas”
(Q.S Al-Hijr: 27).
Alloh menciptakan Jin dari api. Api merupakan suatu elemen yang pada dasarnya bisa kita lihat dan rasakan, yang sama dengan elemen tanah. Lantas timbul pertanyaan jika Jin teripta dari api, mengapa jin tidak bisa dilihat?.
Mari kita dengarkan dulu James Jeans menguraikan sifat unsur benda/elemen dalam bukunya, The Universe around us, James Jeans menyatakan, “semua benda terdiri dari atom, dan atom terdiri dari proton dan elektron. di tengah lingkaran atom terdapat nucleus. Dengan demikian ia terdiri dari proton yang merupakan benda(unsur) yang sangat padat dan bermuatan listrik positif, elektron bermuatan listrik negatif dan neutron bermuatn listrik netral.
Berat proton 1.840 kali lebih berat dari elektron. inti atom terdiri dari elektron postif yang saling tarik menarik, termasuk di dalamnya proton(elektron netral). elektron negatif bergerak di seputar inti atom dalam spektrum tang sangat teratur dengan kecepatan puluhan ribu mil/detik”. Begitulah kira-kira kata Si Jeans.
Elektron-elektron ini merupakan materi pertama alam, dan seluruh bwenda yang ada di alam semesta ini, baik itu bintang, tumbuhan maupun benda mati, tak lain adalah elektron-elektron yang melayan di samudera eter. pendapat ni dengan sendirinya meliputi dunia kita dan dunia metafisika(gaib) semisal alam Jin.
Berdasarkan hal itu, jadi Jin sendiri memiliki atom seperti benda-benda pada umumnya. namun kenapa lantas Jin tidak bisa dilihat? teorinya begini, elektron pada unsur Jin(api) bergerak sangat cepat atau bisa dikatakan super cepat jauh melebihi kecepatan pergerakan elektron atom pada manusia atau benda lainnya. Sehingga hal ini menyebabkan kita tak mampu melihat Jin dengan mata telanjang [Jin tidak bisa dillihat ada pengecualiannya]*.
Untuk lebih mempermudah kita dalam memahami teori ini, sebagai contoh; dalam hal ini bisa kita lihat pada kipas angin atau baling-baling pada helikopter. dalam pergerakan awalnya kita masih bisa melihat gerak perputarannya, namun semakin cepat bergerak/berpuatar maka semakin kabur, hingga pada titik tercepatnya mata kita sudah tak bisa melihat pergerakan baling-baling tersebut. Subhanalloh !.
Begitulah Alloh menciptakan Jin dengan segala misteri dan keajaibannya. Namun dalam penciptaannya yang gaib tersebut, pasti ada hikmah yang Alloh sandingi pula. Wallohu’alam !
(Beberapa data dalam tulisan ini disadur dari catatan kaki dalam buku terjemahan “Dialog Dengan Jin Muslim”, karya Muhammad ‘Isa Dawud).
“Aku malu mengakui, tapi dalam hati aku mulai menyangsikan man jadda wajada yang selama ini aku percayai. Apakah memang kerja keras itu menghasilkan kesuksesan? Apa betul man jadda wajada itu hukum alam? Kenapa aku melihat orang tanpa kerja keras mendapat segala kemenangan? Tidak ushlah jauh-jauh. Aku lihat Randai temanku ini. Dia selalu bermandikan kemudahan. Dia dapat semua impiannya: sekolah di ITB, uang yang cukup, nilai kuliah yang tinggi. Bahan semakin hari nasibnya aku lihat semakin membaik. Sebaliknya, nasibku semakin hari semakin buruk!” (Alif). Inilah sedikit cuplikan dari buku kedua trilogi “Negeri 5 Menara” karya A. Fuadi. Setelah “Negeri 5 Menara”menjadi best seller tentunya sebagai sebuah novel berseri, kelanjutannya ditunggu-tunggu para penikmat novel.
Sebelumnya dalam “Negeri 5 Menara” sebuah mantra sakti yang Alif dapatkan dari pondok madani begitu menjadi rujukan dalam menjalani hidup yakni man jadda wajad, nah, dalam novel yang satu ini menceriterakan bagaimana kehidupan Alif semasa tamat dari pondok Madani. Ternyata mantra man jadda wajada saja tidak cukup untuk mencapai kesuksesan dalam hidup. Ditengah kegalauan, keputusasaan, ia kembali terngiang, ada satu mantra lagi yang diajarkan di pondok Madani yaitu “man shabara zhafira, barang siapa yang bersabar maka ia beruntung”, spirit-spirit dari pondok Madani inilah yang terus mengobarkan semangatnya demi menggapai impian-impiannya.
Selalu dengan gaya bahasa yang santai dan kaya diksiA. Fuadi mampu membuat pembacanya terkadang menitikkan air mata sampai membuat kita senyam-senyum sendiri dengan celetukkan humor khasnya. Betul-betul petulangan yang menginpirasi dalam “Ranah 3 Warna” ini. Dimana ini Alif beranjak dari remaja ke dewasa. Bagaimana perjuangannya supaya tetap bisa kuliah, bagaimana ia mengejar mimpi-mimpinya hingga ke benua Amerika, dan mencoba mendapatkan cinta dari Raisa? Inilah novel yang bisa bersanding dengan si fenomenal “Laskar Pelangi”.
Hi, :) whoever you are, if you want to arround the world, tell me, I can be your assistant. Something just like hunting for research aim. I concern in writing or something to do with journalism. I'll help you as well as I can. I am a workharder. So, please contact me! :) I am waiting for your job.