NTB BANGKIT

Minggu, 11 Maret 2012

Terapi Malas Ala Bang Togar"

“Coba kau lihat. Berapa pun mereka berusaha keras, kemungkinan besar mereka tetap jadi orang miskin. Begitu juga anak keturunan mereka nanti. Begitu seterusnya. Sedangkan kau, boleh tidak punya duit, tapi kau ada kesempatan untuk berhasil, bahkan membantu orang seperti mereka. Mereka tidak punya akses untuk pendidikan, kau punya. Jadi kenapa malas! Kau orang yang beruntung. Tidak pantas kau malas!”
[Berikut adalah kata-kata bang Togar dalam Novel “Ranah 3 Warna” halaman. 162]
Bang Togar adalah ‘guru’ menulis Alif, tokoh utama dalam novel tersebut. Dalam penggalan cerita disana adalah waktu dimana Alif tiba-tiba buntu, malas, tak ada ide sama sekali untuk menulis. Lalu masalahnya ini ia sampaikan pada bang Togar, yang juga seniornya di organisasi jurnalistik yang ia ikuti di kampusnya. Oleh bang Togar Alif lantas di ajak ke suatu tempat, sebuah tempat disudut kota Bandung, yakni tempat kumuh, sarangnya para pemulung, kotor, bau, dan masa depan suram kita lihat di tempat tersebut.
Alif kaget dibawa ke tempat tersebut. Kenapa kesini? Sebenarnya apa maunya bang Togar? Pertanyaan muncul dibenak Alif. Bang Togar hanya menyuruhnya diam dan Alif disuruh memperhatikan kehidupan di tempat kumuh tersebut.
Disana Alif menyaksikan lakon kemiskinan sedang dimainkan. Kehidupan yang riil, nyata, bukan panggung sandiwara. Semua yang menyedihkan ada disana. Kelaparan, orang cacat, anak-anak yang tidak berpendidikan yang bisanya mengais sampah saja, rumah reot, kumal, semuanya alif lihat dan rasakan. Alif menyadari bagaimana hidupnya juga orang tak berpunya. Namun semiskin-miskinya orang kampong, masih bisa hidup layak daripada kemiskinan yang melanda orang-orang dikota katanya.

Kamis, 08 Maret 2012

Krisis Militer Korea-Boyband?

Pemerintah Korea (Korut, Korsel), khususnya dari pihak pertahanan militer di kedua negara ginseng tersebut sedang kebingungan. Pasalnya, jumlah pasokan tentara mereka pada 2 tahun terakhir merosot tajam.
Anehnya hal ini dikait-kaitkan dengan apa yang kini tenar dengan sebutan 'Boyband'.

"Militer memang kini sedang kebingungan melihat pasokan sumber daya manusia kami dalam militer atau pun polisi sedang melesu dengan tajam" ujar menteri pertahanan Korea, Pok Pek Ngek.

"Penyebab utamanya adalah pemuda-pemuda kami lebih memilih menjadi boyband yang terkesan feminim. Kami sejujurnya malu, mengingat kami kemarin merupakan negara dengan militer yang cukup di perhitungkan" tukasnya.

Kini pemerintah Korea mencoba menggandeng para psikolog agar mendidik para pemudanya supaya kembali menjadi lelaki sejati seperti nenek moyang mereka dahulu.

"Jika program ini gagal, mau tidak mau kami akan mewajibkan militer seperti dulu" kata seorang psikolog yang kini bertugas di kamp militer dekat perbatasan Korsel-China.

Fenomena ini memang membuat pemerintah Korea gusar, apalagi kini negara-negara maju sedang akan melancarkan agresi militer terhadap negara-negara yang di anggap musuh.
"Kami prihatin melihat fenomena ini" ujar seorang warga Korea yang juga pelatih Tae Kwon Do.

Beda halnya dengan komentar dari warga Indonesia. "Hmmm, menurut aku seh ini pemerintah Korea lebay. Lebih cucok ko' pemuda Korea jadi boyband, secara mereka cakep-cakep gtoh" komentar seorang warga Indonesia yang sempat di wawancarai reporter Global Corner.

"Lebih baik gitu dah mas, jadi boyband aja tu mereka" tambah warga Indonesia ini, yang juga pengagum Ruben Onsu dan 'anu-anu'-nya.

(GC/Deki Zett)