Novel kedua karya Adenita ini renyah banget. Lama tidak membaca novel macam ini. Novel yang tiap bab-nya seperti memiliki kisah sendiri atau dengan kata lain, Anda seperti membaca sebuah cerpen pada tiap bab-nya. Jadi gak ngebosenin.
Novel yang berkisahkan pergulatan hidup, karir, dan mimpi beberapa orang pemuda, dimana Matari sebagai karakter poros. Pun demikian, kisah pada tiap karakter dibuat gak pnyiar radio ini.
adat pada satu momen. Diramu apik oleh sang penulis, yang juga pe
Novel ini ditulis penuh sarat makna, terutama pasca klimaks kisah pada novel. Kalau mau disandingkan, novel ini mirip-mirip memilki pesan dan gaya penulisan yang sama dengan novel 5 cm.
Namun, novel ini memiliki kekurangan, kalau dilihat dari sisi moralitas berbahasa. Terutama, gak asyik bagi mereka yang Book-Reference-nya berkutat pada novel Islami. Sebab, novel ini khas gaya penulis metro-pop. Yang bahasanya, Jakartaah banget! Ada kata-kata kasar didalam dialog karakternya seperti kata; mo*yet, bahkan sun*al, dan sebagainya.
Novel ini pas banget bagi mereka yang sedang dalam mengintip karir atau munafik terhadap karirnya sendiri.
"Bukannya bumi itu berguncang (gempa), karena pengen seimbang" (salah satu kutipan dalam novel ini)
Episentrum: Titik pada permukaan bumi yang terletak tegak lurus di pusat gempa yang ada di dalam bumi.