NTB BANGKIT

Senin, 05 Agustus 2013

Sinar Bintang-Bintang, Samakah?

Capek seharian bersepeda mengelilingi lembah, dua orang pemuda, Firman dan Zuki maghrib itu memutuskan untuk mendirikan kemahnya di sebuah tempat yang agak datar.

Lalu, di tengah asyik menimati teh dan beristirahat, si Zuki nyeletuk.

“Man, cewek-cewek sekarang pada pinter-pinter.” ujarnya. Entah angin darimana, ko’ tiba-tiba larinya langsung ke arah cewek.

Firman tak merespon, hanya melongo saja mendengar kawannya itu. tak peduli, Zuki melanjutkan.

“Gini contohnya Man! misalnya nih, misal nih, elu ganteng tapi kalo ga’ keren, nyingkir. Terus, kalo elu dah ganteng, keren, tapi ga’ mandiri. Bye!”. Kali ini Firman sepertinya terpancing untuk menyimak. Ia menoleh ke arah Zuki, dan menyiratkan wajah masa sih.

“Biar pun elu dah ganteng-keren-mandiri, tapi ga’ baik. Sorry! Terus kalo elu dah ganteng-keren-mandiri-baik, tapi ga’ soleh. Wassalam! Terus, kalo elu dah ganteng-keren-mandiri-baik-dan soleh, tapi ga’ punya penghasilan tetap, paling ga’ jadi orang berseragam. Woi, cinta butuh modal mas! Terus…..sszzmph.”

“Stop, stop, stop!” paksa Firman sambil menutup mulut Zuki. Kemudian Firman mengambil sepeda Polygon-nya.

“Mau kemana elu?”

“Ke dataran yang agak tinggi dulu” Jawab Firman sambil mengayuh sepedanya.

“Ngapaen?”

“Mau memperhatikan bintang-bintang di langit, samakah sinar tiap bintang-bintang di langit itu?!” teriak Firman.

“Er... mulai dah keluar sifat sok puitis-filosofisnya anak ini” gerutu Zuki. “Bahkan, mereka ga’ akan tertarik hanya dengan sifat puitis-filosofis-romantis-mu itu…!” teriak kencang Zuki mengolok.

Firman hanya merespon dengan lambaian da-dah.