::: UN, Terus?
Semua fenomena yang
ditimbulkan UN dari tahun ke tahun adalah bukti bahwa kita memang bertempat
tinggal di Indonesia. Bunuh diri, ritual-ritual konyol, stres tingkat na'udzubillah, bocoran jawaban,
diskriminasi dari sisi tofografi dan fasilitas, lagi-lagi ini menandakan bahwa
kita memang sedang berada dan hidup di Indonesia.
Adik-adik yang akan
mengikuti pesta paling menegangkan urat syaraf---UN besok---ketakutan kalian
adalah bukti bahwa kalian ingin menjadi orang yang berhasil meraih cita-cita.
Seandainya kalian tidak
suka terhadap sistem UN, maka itu sinyal bahwa kalian harus melewatinya dan
merubah sistem pendidikan kelak.
Seandainya kalian muak
dengan menteri pendidikan yang sekolah hampir 22 tahun dari SD sampai S3-nya
itu, itu pertanda bahwa kalian harus lulus UN dan menjadi menteri pendidikan
kelak. Menjadi menteri pendidikan yang membuat syaraf siswa mengalir halus.
Bukan malah membuatnya menjadi tegang.
Seandainya kalian tidak
suka dengan anggota DPR yang membidangi masalah pendidikan, itu menandakan
bahwa kalian harus lulus UN dan menggantikan orang-orang itu menjadi anggota
DPR kelak.
Kalian sendirilah revolusi
itu!
***
Sebuah cerita nyata dari
seorang teman saya sendiri yang menceritakan masa-masa dia sekolah.
Adalah dia orang yang
paling santai pikirannya terhadap hal-hal yang berkaitan dengan sekolah. Setiap
selesai ujian, setiap pembagian rapor, setiap kenaikan kelas ia tidak peduli.
Ia tidak peduli nilai yang didapatkannya berapa, ia tidak peduli berapa
merahnya, dan ia tidak peduli ia naek kelas atau tidak, atau lulus sekolah atau
tidak. Ia adalah tipikal orang yang santai. Namun, santainya bukan berarti ia
tidak melakukan apa-apa, ia juga belajar sebelumnya, hanya saja ia adalah orang
dengan pikiran yang merdeka. Nasib, nasibnya sendiri!
Hatta, walau pun sekarang
ia bukan seorang pegawai, pejabat, anggota DPR, presiden, tapi ia penyelamat
ekonomi keluarganya. Cerita mengenai pekerjaan apa saja yang pernah
digelutinya, rasanya di sini tidak akan cukup. Intinya pendapatannya perhari
dari tokonya sendiri bisa sampai 300-500 ribu. Ia masih muda belum kawin pula!
***
Apa pelajaran yang bisa
diambil dari cerita tersebut? Pelajarannya, pelajaran bercerita, hehehe. Tidak
perlu pusing-pusing mengambil hikmah. Intinya UN adalah seperseribusekian
gigitan dari mozaik-mozaik hidup kalian.
Santai saja, hidup kalian
adalah kalian sendiri yang menjalaninya. Bukan orang lain, apalagi pacar yang
kalian impi-impikan tiap waktu itu. Mau ga' dia tuker nasib kalau kamu ga'
lulus? Ops, bercanda. Ah, pokoknya santai merdeka dan belajar saja!
Rehat sejenak. Hei,
belajar bahasa Inggris dengan nyanyi yuk! Ok, mulai!
UN, UN, UN artinya TIDAK,
TIDAK, TIDAK, tralalala…
UN, UN, UN artinya TIDAK,
TIDAK, TIDAK, tralalala…
***
“Nah itu, itu hasil
pendidikan! Kalo lho ga’ berpendidikan lho ga’ akan tahu bahwa pendidikan itu
tidak penting.” (Potongan dialog antara Buluk dengan Samsul, dalam film
‘Alangkah Lucunya Negeri Ini’)
#Selamat menghadapi UN! ^^
betul juga mas un tidak usah di pikir yang penting kan lulus dan setelah un itu yang baru di pikir, enaknya nikah aja ya mas, hehee
BalasHapuskan kalau nikah tambah rejekinya baru kuliah
Yang jelas UN ini tidak adil...
HapusKalo memang UN penentu kelulusan, ga' usah sekolah aja sekalian. Biar siswa ngeles, tryout aja caranya 3 bulan, abis tu langsung UN. kan ga' repot!
:D