NTB BANGKIT

Kamis, 22 Desember 2011

“Getting 22 on 22 December| Refleksi”


“Sudah jangan belikan nenek yang beginian, besok kalo kamu udah punya kerja baru belikan nenek. Ga’ apa-apa kamu tidak bawa apa-apa kesini, mungkin kamu juga butuh untuk uang saku kuliah”
Aku hanya diam dan tersenyum, padahal makanan itu tidak seberapa harganya. Lamat-lamat dalam hati aku bersumpah untuk membelikannya sesuatu yang lebih berharga dari itu. Membelikan seorang nenek yang sudah beberapa lebaran ini aku tak menyalaminya.
Sayup-sayup terdengar do’anya sebelum aku pulang, do’a untuk keselamatanku, rezekiku, dan mungkin juga jodohku. Do’a seorang nenek dalam pembaringannya yang lusuh, yang juga sebagai tempat ia bersujud. Merinding aku mengamini-nya.
(sebuah memoar seseorang)

***
Hari itu juga hari kamis, dalam akte kelahiranku tertulis, aku lahir hari kamis, tanggal 22 Desember 1989. Pada waktu, kalau tidak salah sore hari. Cukup  menggembirakan, karena bertepatan dengan hari itu, adalah hari Ibu. Hari dimana anak mencurahkan rasa, kata, dan karsa-nya pada seorang ibu. Sejatinya makna ini tidak mutlak hanya untuk ibu kandung saja, bahkan berbaik budi kepada seluruh ibu di semesta ini.
Maka hari ini aku genap berusia 22 tahun kawan. Umur yang menandakan sudah dewasa, bukan lagi cukup dewasa. Namun, aku sebenarnya termasuk orang yang bullshit terhadap urusan apa yang orang-orang sebut dengan Hari Ulang Tahun. Tahun ko’ terulang? Bukannya tahun itu berjalan kedepan, terus berjalan menuju kemusnahan, terus membuat kita menua, terus membuat kita makin jauuh dari muda? Yang  bego’ siapa?
Budaya barat adalah cikal-bakal dari perayaan hari ulang tahun. Sedikit analisis, serapan kata ulang tahun ini kita dapat dari kata “Birthday.” Birthday sendiri artinya hari jadi atau hari lahir, bukan hari ulang tahun. Makanya orang disana salah saat mendendangkan lagu ulang tahun.
…Selamat ulang tahun, selamat ulang tahun
Selamat ulang tahun X, selamat ulang tahun… (salah)
Happy Birthday to you, happy Birthday to you,
Happy birthday sister X, happy birthday to you (english)
Bagaimana terjemahannya salahkan. Dan saya yakin makna KATA sebenarnya pun salah! Sejenak lihat apa kata kamus Oxford untuk kata birthday:
“Birthday”

Pronunciation: /ˈbəːθdeɪ/
noun
  • the anniversary of the day on which a person was born: ex: his twenty-ninth birthday
 [online oxford dictionaries]
Sudah baca? Lha lantas mana kaitannya dengan pengulangan tahun?
Ini analisa saya saja!

***
Kembali Ke Sebuah Memoar Seseorang
“…besok kalo kamu udah kerja…,” kerja, kerja, kerja, apakah harus hanya sudah bekerja aku memberikan sesuatu untukmu wahai ibu dari beberapa ibu, wahai ibu dari beberapa ayah, wahai nenekku? Tidak, justru dengan tanpa ada pekerjaan aku  bisa mengingatmu. Mengingatmu dengan cara yang pada saat ini hanya itu yang bisa aku lakukan. Sedikit sekali, malah amat sedikit, sungguh.
            Kerja-Pekerjaan, bukankah sebenarnya pada usia melebihi 20 tahun ini aku sudah bekerja? Tapi kenyataannya tidak.
            Bukankah dengan punya pekerjaan, aku bisa memberi mereka ‘sesuatu’ yang lebih? Tapi kenyataannya aku tidak punya pekerjaan.
            Bukankah dengan sudah bekerja, maka itu mencari rezeki? Mencari rezeki, bukankah itu mencari kekayaan, mencari ridho sang Maha Kaya? Mendapat kekayaan bukankah akan membuat kita bisa bersedekah lebih banyak, memberi anak yatim makan lebih banyak? Bersedekah lebih banyak bukankah akan membuat peluang kita masuk surga makin terbuka lebar? Tapi kenyataannya tidak. Aku tetap saja belum ada pekerjaan, maka hasil akhirnya peluang masuk surga juga tidak terbuka lebar untukku (salut, salut, salut bagi mereka yang sudah kerja).
            Kuliah? Kuliah tidak jadi halangan orang bisa cari duit banyak, itu kata para mahasiswa-mahasiswa sukses yang nyambi kerja. Tapi bagiku yang masih ber-mindset pecundang ini kuliah benar-benar jadi penghalang buat cari kerja. Kalau kerja yang ‘tidak jelas’ sih bisa-bisa saja, tapi biasanya kerja ini, lebih banyak berat di ongkos. Ingin kerja yang jelas, selalu bentrok dengan jadwal kuliah. Kerja yang jelas itu kerja yang digaji bulanan kawan. Jadi akhirnya menyerah, tetap jadi mahasiswa pengangguran. Inilah orang dengan mindset pecundang, iya macam aku ini.
            Malu? Sangat malu, sangat kecewa melihat diri sendiri saat melihat teman-teman SD, SMP, SMA dulu yang sudah punya pekerjaan. Mereka itu tidak banyak berkutat dengan buku tapi sudah bekerja. Banyak juga yang sudah membina rumah tangga. Oiya, masih ingat dengan salah satu personil “Pria-Pria Sederhana Hasil Didikan Alam” yang empunya Photocopy? Minggu kemarin dia baru saja melangsungkan pernikahannya dengan seorang gadis sederhana tamatan pondok pesantren.
            Hei kuberitahu kalian sebuah rumus sederhana!
            Rezeki/kaya itu memancing jodoh, jodoh itu memancing rezeki/kaya”
            Bukankah dalam Al-Qur’an sendiri bilang, yang menikah akan dipercepat rezekinya? Dan ilmu sosiologi sekarang juga bilang, kalau sudah kaya, banyak rezeki, apalagi sudah jadi pimpinan sebuah perusahaan jodoh dating dengan sendirinya, iya tho? Hehe.
***
Terakhir
Dari rasa ingin memberi sesuatu yang lebih, dari rasa ingin berbuat sesuatu yang lebih, Dari rasa malu yang lumayan berlebih, dari rasa ingin menjadi orang kaya (baca: banyak rezeki), dari rasa ingin mencari ridho Allah, dari rasa ingin memakan sesuatu yang berkah karena hasil keringat sendiri, dari rasa ingin menjadi pimpinan sebuah perusahaan, dan dari rasa ingin memancing jodoh (hehe), untuk ibu, untuk ibu dari beberapa ibu, untuk ibu dari beberapa ayah maka saat ini aku atas nama mimpi dan semesta ingin mempunyai pekerjaan. Semesta dukung aku, biar saja pencemooh itu tidak mendukung asal engkau semesta dukunglah aku! Aku ingin bekerja, mendapat duit dari kerja itu.
            Hai semesta aku sudah berencana akan kembali mencari pekerjaan selepas KKN nanti. Semoga kau mendukung!
Umur 22 itu sudah seharusnya! Seharusnya serius memikirkan masa depan.
-semesta, salam dariku dari orang yang ingin menjadi CEO sebuah perusahaan dan menjadi international professional journalist-

Tidak ada komentar:

Posting Komentar