NTB BANGKIT

Selasa, 20 Desember 2011

"BEGUTU DI MASYARAKAT SASAK LOMBOK"

Bukan Gambarnya
Anda mungkin pernah melihat suatu tradisi atau kebiasaan unik disuatu daerah atau mungkin ditempat anda sendiri. Di Indonesia ini dengan keragaman suku, budaya dan lingkungan (environment) yang majemuk  tentunya hal-hal tersebut berpeluang untuk sering kita jumpai. Entah itu secara langsung ataupun tidak langsung. Nah, disini saya akan menceritakan sedikit salah satu kebiasaan unik di daerah saya, Lombok NTB yaitu begutu.
Bagi masyarakat suku sasak di lombok kebiasaan (tradisi) begutu ini merupakan hal yang menyenangkan. Begutu adalah dimana ada dua orang atau lebih saling mencarikan kutu dikepala, dan dengan “formasi” duduk berbanjar bertingkat-tingkat. Begutu biasa dilakukan kaum wanita terutama inaq-inaq/ibu-ibu di masyarakat kami, sambil ngobrol tentang hal apapun. Bagi kaum pria hal ini jarang dilakukan diantara kami. Namun sering juga para inaq-inaq di masyrakat kami meng-gutui anak laki-lakinya. Unik memang. “acara” begutu biasanya dilakukan jika sudah kedatangan kerabat dekat kerumah salah seorang kerabat yang lain atau dalam bahasa yang lain, bila sudah berkumpulnya para ibu-ibu. Mereka bisa melakukannya dimana saja, bisa di berugaq (tempat duduk-duduk sejenis lesehan khas lombok), di amben (teras) bahkan ditempat terbuka seperti halaman rumah.

 
Menyenangkan bila kita bisa secara langsung menyaksikannya. Ada kelucuan dan tentunya menarik disana. Lebih-lebih jika begutu ini dilakukan lebih dari lima orang. Pasti anda akan terheran, terkagum dan mungkin juga tertawa. Hal ini menarik, dimana anda menyaksikan ibu-ibu yang duduk berbanjar diselingi lelucon-lelucon khas masyrakat sasak.sungguh menarik bila begutu ini dilakukan banyak “pesertanya”.
Ada beberapa keuntungan yang bermakna yang bisa diambil dalam tradisi masyrakat sasak ini. Pertama, begutu tentunya bermanfaat dalam menjaga kebersihan kepala dsan membasmi kutu-kutu dari rambut, dan juga adanya sedikit reflek pijatan-pijatan kecil pada kepala, tentunya hal ini akan membuat rasa relaksasi. Kedua, ada nilai-nilai saling menghargai dan budaya antri antar sesama, karena setiap orang yang ikut begutu pasti semua akan mendapat giliran. Giliran meng-gutui maupun giliran di-gutui. Ketiga, begutu sebagai kebiasaan yang menurut saya mampu merekat rasa kekeluargaan antar kerabat maupun orang lain.
Namun akhir-akhir ini jarang bisa kita lihat kebiasaan begutu ini, terutama pada masyarakat perkotaan di Lombok. Apakah ini akibat dari arus modernisasi sehingga tradisi bermanfaat ini “agak” sedikit tergeser?. Mungkin saja ibu-ibu sekarang sibuk mengejar karir juga!. Namun, begutu masih bisa anda saksikan pada masyarakat pedesaan. Nah, bagi anda yang tertarik bagaimana sensasi dan uniknya begutu ini, silahkan anda bisa melakukannya sendiri bersama kerabat di tempat anda. Tapi alangkah baiknya anda datang langsung ke Lombok, karena sensasinya dijamin berbeda!.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar