NTB BANGKIT

Senin, 28 Januari 2013

Cintai Bahasa Indonesia


"No matter when you can't speak English, but the problem is when you can't speak your mother tongue well."

"Tidak masalah Anda tidak bisa bahasa Inggris (pun bahasa luar lainnya), tapi yang jadi masalah adalah ketika Anda tidak bisa bahasa Anda sendiri (B. Indonesia) secara baik."

-Rahayu Saraswati di 'Talk Indonesia', Metro TV-

Kata-kata dari presenter Rahayu Saraswati tersebut cukup membuat saya terhentak saat menonton acara 'Talk Indonesia', sebuah acara berbahasa Inggris di Metro TV setiap hari minggu beberapa waktu yang lalu. Alih-alih ingin melatih listening, saya malah seperti disadari bahwa belajar bahasa sendiri lah yang harus lebih diutamakan. Betul, betul, betul. Itu lah kata hati saya.

Mempelajari bahasa-bahasa orang luar, kita sebut saja bahasa Internasional itu memang suatu yang tidak dilarang, diharamkan, bahkan bagi saya itu sangat perlu untuk kebutuhan informasi mungkin, akademik, bisnis, dakwah, dan karir. Namun, mempelajari bahasa Indonesia adalah suatu kewajiban bagi setiap anak bangsa negeri ini. Bahasa Indonesia yang baik tentunya.

Saya sendiri dari jurusan bahasa Inggris, namun tidak lantas itu menyurutkan kecintaan dan terkesan apatis terhadap bahasa bangsa saya sendiri, yakni bahasa Indonesia. Dengan belajar dan mempelajari bahasa Indonesia dengan baik harapan saya yang tertinggal dalam nilai akademik dengan teman-teman saya yang nilai Grammar-nya A, Translation-nya A, Research Analysis-nya A, Academic Writing-nya A, Speaking-nya A, dan lainnya bisa saya tambal alias tutupi dengan belajar bahasa Indonesia yang baik dan benar. Bukankah banyak cara untuk kita berprestasi?

Makin kekinian, anak-anak muda khususnya yang aktiv dalam ber-sosial interaksi di dunia maya seperti di situs jejaring sosial, mereka lebih suka dan terkesan trendi jika memosting status menggunakan bahasa asing dan nampak lebih bangga mempelajari bahasa asing. Sepertinya sering kita lihat hal seperti nampak di bawah ini:

Si A: "Guyz, have a nice weekend yo"

Si B: "Uh, susah nieh lingusitic!"

Si C: "Weleeh, gmn ya tugas translationku belon kelar2"

Si D: "Sociolinguistic. Puciiiiiiing"

Si E: "Hmmm walopun susah, v ttp semangaaaat bljar bahasa Jepang. Ganbate!”

Lihat keluhan orang akan mempelajari bahasa luar. Nampak keren sekali kalau sudah bersentuhan dengan bahasa-bahasa yang bisa menambah nilai statusnya.

Mempelajari bahasa memang tidak mudah. Nah, begitupun dengan bahasa Indonesia sendiri. Menyepelekan bahasa Indonesia? Sila Anda buat 2 paragraf saja tulisan bahasa Indonesia dengan topik kalimat "Jin Kelaparan Masal di hari Minggu." Sila dicoba!

Bagaimana? Menguras pikiran bukan? Ini belum ditambah kritikan lho!

Tapi itulah belajar. Jangankan Anda yang bukan sarjana bahasa Indonesia, yang dari jurusan bahasa Indonesia saja belum tentu bisa. Dan mirisnya, tidak sedikit juga dari mereka yang kurang aplikatif dalam mencintai bahasa Indonesia kalau kita lihat dari kecintaannya pada literasi sastra.

Tidak mengapa kalau kita dianggap tidak gaul, kampungan, tidak terpelajar hanya gara-gara tidak bisa berbahasa Inggris, Korea dan lainnya, namun sudah cukup membuat kita malu telak bila kita tidak bisa menggunakan bahasa kita sendiri dengan baik dan benar.

Tidak perlu master untuk mempelajari bahasa bangsa lain, kalau EYD (Ejaan Yang Disempurnakan) bahasa sendiri saja tidak becus. Bila berbangga dengan penguasaan bahasa Inggris atau pun bahasa lainnya, hapal tetek-bengek Grammar-nya, jago dalam lingustikanya, namun sayang bila kapan menaruh tanda 'Titik' dan 'Koma' dalam bahasanya sendiri saja masih amburadul. Yang lebih parah malah ada yang menulis postingan dan sms tanpa satu pun tanda baca.  Sepele, namun cukup memalukan! Jangan-jangan ini menandakan mereka benar-benar tidak peduli---bahasa halus tidak tahu.

Berbalik dengan kondisi anak muda Indonesia yang lebih mencintai bahasa asing, di luar negeri malah bahasa Indonesia sudah dimasukkan ke dalam kurikulum belajar mereka. Seperti apa yang sekarang dilakukan oleh banyak sekolah dan perguruan tinggi di Australia. Menurut dosen dari kampus saya belajar yang pernah menjadi dosen tamu untuk program mengajar bahasa Indonesia, bahasa Indonesia di sana merupakan pelajaran bahasa yang cukup diminati mahasiswa dari penutur asing. Jadi, mengapa harus minder dengan bahasa Indonesia?

Ini bagi saya sebagai pembelajaran bagi kita semua yang saat ini lebih pede memakai bahasa Inggris atau bahasa ngetren asing lainnya. Lebih-lebih di kalangan anak muda. Pembelajaran bahasa Indonesia memang harus digalakkan secara aktif dikalangan remaja supaya tumbuh rasa cintanya terhadap kekayaan khazanah budaya bahasa Indonesia.

Ayo belajar dan budayakan bahasa Indonesia!

"Kami putra-putri Indonesia, berbahasa satu, bahasa Indonesia."
(Bunyi butir ketiga Sumpah Pemuda).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar