NTB BANGKIT

Jumat, 04 Januari 2013

Satu Kebiasaan The Brits


Masih teringat dulu ketika menonton sebuah film HBO yang kalau tidak salah berjudul, Letter to Juliet, dimana ada percakapan di sebuah bagian antara seorang wanita Italia dengan pria Inggris. Setelah sama-sama saling sindir-menyindir tentang bagaimana sikap pria dan wanita dalam saling memperlakukan akhirnya si wanita Italia pun berkata, Pria Inggris memang tidak romantis dan tak bisa merasakan asmara cinta. Dengan tersenyum si Pria Inggris pun berujar dengan nada bertanya, orang mana yang menulis roman Romeo and Juliet (maksudnya William Shakespeare)?. Bagai terkena sengatan ular berbisa, mendengar pertanyaan itu si wanita Italia itu pun tak bisa berkata lagi.


Demikianlah sedikit gambaran tentang Pria Inggris, orang Inggris.
***
Ini mungkin sebuah analisa lucu-lucuan saya saja. Sebuah analisa ringan mengenai apa yang saya temukan di sebuah buku. Tapi analisa ini saya rasa tidak main-main, fakta, karena memang kenyataannya begitu. Sama seperti isi dari buku ini, terdengar lucu, konyol, unik, namun fakta.

Buku yang berjudul: “Mana Yang Lebih Banyak, Orang Mati Atau Orang Hidup & Mengapa Rambut Menjadi Uban?”, yang diterjemahkan dari “Why Don’t Penguin’ Feet Freeze?”, karya Mick O’Hare. Bagi para penikmat buku-buku unik, pasti tidak asing dengan buku yang satu ini.

Sebenarnya, buku ini bukanlah tulisan dari Mick O’Hare sendiri. Buku ini adalah kumpulan kolom/rubric dari sebuah majalah terkenal yang lalu disusun oleh Mick O’Hare. Buku ini, menjadi buku terlaris dunia. Buku ini berisi kumpulan pertanyaan-pertanyaan sekaligus jawaban yang mungkin bagi kita tidak pernah terbesit dan kelihatan konyol dan nyeleneh. Menariknya, walau pun pertanyaan-pertanyaannya terdengar konyol dan nyeleneh, namun jawaban yang diberikan dijelaskan secara ilmiah meskipun ada juga sedikit yang dihubung-hubungkan dengan mitos. Penanyanya bisa dari mana-mana, dan siapa aja. Begitu pun penjawabnya, bisa siapa saja dan dari mana saja.

Nah, bukan isinya lah yang akan saya ulas, tetapi lebih ke para penanya dan penjawab itu sendiri. Hmmm, sepertinya menarik bukan? Masihkah mau mendengar? Ok! ^,^

:: Ah, orang Inggris!

Hampir 80 persen saya perhatikan dari semua para penanya ini adalah orang Inggris, The Brits. Dan yang menjawab adalah orang Inggris pula (para penanya dan penjawab, tertera alamat dan institusinya). Bagaimana dengan sisanya? Sebenarnya ia tidak lah jauh-jauh dari The Brits. Sisanya adalah orang Autralia, Amerika, dan berbagai negara yang leluhurnya adalah orang-orang Britania Raya sendiri. Hanya sedikit sekali orang di luar bangsa mereka. Dari sini saya melihat sisi lain dari budaya orang Inggris, The Brits, yakni mereka banyak ‘Tanya’, namun sekaligus mereka banyak ‘Jawab’. Saya lalu bertanya pada diri sendiri, apakah gara-gara banyak tanya, sekaligus banyak jawab ini lah yang membuat mereka menjadi bangsa yang maju. Sejarah mencatat mereka hampir menguasai separoh bumi ini.

Sebagai orang Indonesia, kita sering mendengar kata-kata dari bijak bestari dan guru-guru kita mengenai betapa pentingnya bertanya. Bertanyalah supaya engkau tahu! Pengetahuan berawal dari pertanyaan. Jangan takut bertanya! Yang demikian adalah sederet kata bijak yang sering kita dengar.

Dalam buku ini, walau pun pertanyaan-pertanyaannya terkesan konyol dan nyeleneh, tak seperti pertanyaannya para mahasiswa yang takut bertanya nyeleneh terhadap dosennya, namun para penjawab---yang lagi-lagi orang Inggris---memberi jawaban dengan penjelasan yang ilmiah dan lugas. Disini saya juga belajar bahwa orang Inggris dan turunan-turunannya, mengait-ngaitkan semua yang terjadi di dunia ini adalah sesuatu yang harus dicari tahu. Mereka meyakini bahwa setiap persoalan yang terjadi di dunia ini pasti ada penjelasannya. Inilah yang membuat mereka amat mencintai apa yang namanya riset. Inilah yang kemudian melahirkan ilmuawan-ilmuwan disana. Inilah yang membuat mereka menguasai dunia. Menguasai dunia dengan pemikiran-pemikirannya, menguasai dunia dengan bahasanya, menguasi dunia dengan tekhnologi mereka. That’s The Brits guys!

Jangankan di dalam negara dan negeri-negeri persemakmurannya sendiri, bahkan “pengaruh”nya masih melekat pada negara-negara yang dulu pernah menjadi “praktek” imperalisme mereka yang kini juga sudah menjadi negara-negara hebat, seperti India dan Malaysia. Sampai-sampai orang putus asa di negara ini bilang, “Coba dulu yang jajah kita tu Inggris!”
***
Asyik! Tingkah polah atau kebiasaan orang Inggris ini pun sempat digambarkan oleh Andrea Hirata dalam ‘Edensor’-nya. Kata Andrea Hirata, mereka (the Brits) paling meriah dan bermulut besar. Belum selesai dosen berbicara mereka sudah tunjuk tangan: bertanya, berteori, membantah, mengeluh, atau terang-terangan mengajak bertengkar. Namun, meski mereka provokatif, konfrontasi mereka beradab. Ini tak lain produk sekolah yang membiasakan mereka berbeda pendapat secara postitif sejak usia dini.

Oiya, kalau kita baca ulang bukunya Michael H. Hart, “100 Tokoh Dunia Paling Berpengaruh,” maka hampir separuhnya berasal dari Inggris. Bahkan bapak Hart dengan berani mencantuman nama Isaac Newton---yang seorang Inggris---diurutan kedua setelah junjungan kita Nabi Muhammad solallahu‘alaihiwassalam. Revolusi dari ‘Bertanya’ dan ‘Menjawab’ inilah yang lalu membawa mereka pada era paling berpengaruh terhadap kejayaan ilmu pengetahuan mereka, yakni era Renaissance. Dimana di era ini lah segala hal yang berbau ilmu pengetahuan, penelitian, studi, digalakan besar-besaran di Inggris sana.

Lain lagi celotehnya Margareth Nicholas dalam bukunya, Crank and Crankpots, menurut hasil studinya menyatakan bahwa sebagian besar orang nyentrik di muka bumi ini juga ditunjuk pada ‘The Brits’.

Lihat ini ya:

Deki: “Olala! Maaf ibu Nicholas, untuk hal nyentrik-menyentrik ini saya tidak sepakat dengan pendapat Anda. Menurut ibu the Brits-lah bangsa yang paling nyentrik di muka bumi ini. Saya tidak sepakat!”

Margareth Nicholas: “Lho kenapa dik Deki? Ada yang salahkah dengan studi yang telah saya lakukan dalam lebih 5 tahun penelitian ini?” (baca dengan logat bule)

Deki: “Bu, kalau mau tahu bangsa mana yang paling nyentrik di muka bumi ini, coba datang dulu ke negara saya, Indonesia. Bangsa Indonesia!

Margareth Nicholas: “Indonesia?” (baca dengan logat bule)

Deki: ”Nggih bu! Kalau sudah melakukan penelitian di negara saya, baru lah ibu menyimpulkan kembali bangsa mana sebenarnya bangsa dengan manusia paling nyentrik di muka bumi ini!

Margareth Nicholas: “Hmmm, sounds good Deki! Akan kupertimbangkan pendapatmu ini. Kalau begitu bolehkah ku minta kau membangunkanku dari kubur ini…?" (baca dengan logat bule)

Pembaca tulisan ini: “Margareth dan Deki sama-sama gila!”
:p
***
Kalau kita membuat sebuah jembatan historis bagaimana revolusi sebuah ilmu pengetahuan, khususnya ilmu dunia, lebih spesifiknya lagi untuk yang sudah menjadi literatur/tertulis, maka antiklimaks sebuah ilmu pengetahuan dan tekhnologi dunia ianya dalam genggaman The Brits. Antiklimaks yang saya maksud tiada lain adalah saat ini, masa akhir zaman!

Inggris beserta orang-orangnya, beserta turun-temurunnya yang hebat itu, dari sebuah negara yang kalau dilihat mirip jajanan ‘tempeyek’ itu, bagaimana mereka bisa sedemikian hebat? Padahal konon dulu kala, sebelum tersentuh oleh percikan ilmu dari peradaban Islam dan Yunani, mereka adalah bangsa yang sangat terbelakang dalam hal ilmu pengetahuan, kebersihan, tata krama, dan pemikiran. Namun sekarang, univeritas mana yang menduduki univeritas terbaik di dunia? Iya, jawabannya di Inggris. Lihat saja Oxford University yang megah nan angkuh itu. Kabarnya, kalau Anda bukan orang jenius dan dengan tingkat IQ di atas rata-rata orang lain, tidak makan keju sedari kecil; les sana-sini, makan teratur tiap hari, empat sehat lima sempurna, dan dengan tingkat stres yang rendah, maka jangan sekali-kali bermimpi masuk di Universitas ini! Jangan!

Begitulah sedikit ulasan mengenai terobosan dan pesatnya ilmu pengetahuan orang-orang Inggris. Dengan budaya ‘Tanya’ dan ‘Jawab’ itu membuat mereka mandiri. Mereka mencari sendiri jawaban-jawaban atas masalah yang tengah dihadapi. Bertanya dan menjawab bagi saya adalah kata lain dari kemandirian.

Untuk penutup tulisan ini, saya juga mau dong bertanya yang konyol dan nyeleneh seperti mereka, biar bisa hebat gitu! Pertanyaan saya begini:

“Ko’ orang Inggris itu baca ‘I’ bilangnya, ‘ae’?” heheehe.

Akhirnya, apa hendak saya berkata, biar tidak penasaran saja, semoga kelak kita bisa membuktikan langsung orang-orang yang dijuluki The Brits ini, langsung merasakan menginjakkan kaki di tanah mereka, sebagaimana mereka juga menginjakkan kaki di tanah kita. ^_^

Tidak ada komentar:

Posting Komentar