|
image: google |
Baru sepekan anak muda kelas dua High scool itu menempati sarang kost barunya berpindah dari sarang kostnya yang membosankan itu. Harapnya semoga kost kali ini menyenangkan dan bertemu dengan pengalaman yang baik-baik. Seperti di lingkungan yang sudah-sudah, ia selalu cepat akrab dengan warga tempat barunya.
***
Malam itu adzan ‘isya belum berkumandang, bahkan papuq Ole, sang tetua pengayuh rakit itu pun belum habis dzikir ba’da maghribnya. Di lesehan wali kost dibawah pohon sawo yang penuh ayam beranak pinak itu Hatta ngobrol-ngobrol dengan sahabat barunya, Restu.
Entah pesona darimana dua gadis mendekati mereka secara tiba-tiba. Mereka sangat menawan, cantik khas gadis-gadis kota. Malam itu Hatta yang mengenakan sarung coklat ganepo-nya terpesona wajar, terutama pada gadis berambut sedikit bergelombang itu. Mungkin karena pandangannya tertumbuk lebih awal pada gadis itu. Ingin kenalan begitu katanya langsung.
“Okta” sapa gadis itu menjulurkan tangannya yang putih sembari senyumnya mengembang.
“Hatta” respon Hatta sedikit gugup tanpa senyum.
Melesat, ternyata bukan si gadis berambut sedikit bergelombang itu yang menghampirinya. Untuk Okta ini, sekilas cowok manapun pasti tak akan menolak gadis yang satu ini. Kata orang-orang kota, body seperti Okta ini yahuud, cantik parasnya, semampai, dan lentik bulu matanya. Iya si Okta ini. Tak berlebih, karena ia memang pernah mengikuti perhelatan model tingkat kota.