NTB BANGKIT

Kamis, 26 Juli 2012

Antara The Rainbow Troops Dengan Laskar Pelangi

Berbanggalah kita anak bangsa karena sebuah karya anak bangsa melaju di pentas Internasional. Laskar Pelangi yang fenomenal di negeri kita itu setidaknya adalah satu-satunya barangkali novel yang akan didistribusikan secara komersil ke khalayak pembaca dunia. Penerbit dan pendistribusiannya pun tidak main-main, novel Laskar Pelangi diusung oleh salah satu agen buku besar internasional Amerika, Amer-Asia Books, Inc,. Tucson, Arizona, USA, yang sudah menandatangani Publisher Agreement dengan penerbit Bentang Pustaka pada medio 2010. Pula dengan Kathleen Anderson Literary Management dan penerbit Farrar, Straus and Giroux (FSG). FSG merupakan penerbit terbaik Amerika. Sebanyak 21 pemenang nobel sastra yang karyanya telah diterbitkan oleh FSG antara lain adalah TS. Eliot, Pablo Neruda, Nadine Gordimer, Seamus Heaney, dan Mario Vargas Llosa

Laskar Pelangi yang diterjemahkan oleh Angie Kilbane dalam edisi Internasionalnya (bahasa Inggris) berjudul “The Rainbow Troops.” Tidak hanya ke dalam bahasa Inggris, Laskar Pelangi akan di terjemahkan pula ke pelbagai bahasa lainnya; Jerman, Jepang, Vietnam, Belanda, Prancis, Korea dan bahasa lainnya.

“Ah, ternyata Angie Kilbane! Saya mah kenal orang ini!”

Wow masak?

"Iya kenal sekilas dalam pengantarnya di dwilogi Andrea Hirata yang Padang Bulan, & Cinta di Dalam Gelas. Hehehe”

Saya bersyukur, kemarin, tepatnya tanggal 9 Juli, saya mendapatkan Laskar Pelangi edisi Internasionalnya, The Rainbow Troops, tetapi dalam bentuk Ebook, mendapatkanya tentu saja tidak gratis. Sebagai orang dari mayor Bahasa dan Seni sudah seharusnya saya atau teman-teman yang jurusannya sama dengan saya, mempunyai literatur-literatur yang menunjang khazanah saya, apalagi novel se-fenomenal ini. Masak harus kalah sama orang yang mayor-nya bukan Bahasa sih? Kan agak malu gitu! :p

Sebelum memulai membaca The Rainbow Troops alangkah cerdasnya kalau saya menyanding buku aslinya—Laskar Pelangi, supaya saya tahu ada “Siapa tahu-nya”—perbandingan isinya dengan The Rainbow Troops (betapa terobsesinya saya dengan hal-hal berbau meneliti). Cap-cus! Dan ternyata dengan kemampuan terjemahan saya yang tidak bisa dibanggakan itu, ada beberapa—malah cenderung banyak—isi yang berbeda antara apa yang ada di Laskar Pelangi dengan apa yang ada di The Rainbow Troops. Namun, bagi teman-teman pembaca yang sudah berpengalaman dengan buku fiksi terjemahan, hal ini tidak lah mutlak dirisau. Biasanya ada perbedaan isi atau makna pada buku yang asli dengan edisi terjemahannya. Hal ini tentu saja alasan dari penerjemah maupun penerbit supaya sasaran pembaca yang dituju memahami sesuai dengan pemahaman mereka secara kultur, sosial dan wawasan. Tetapi, jelas tidak akan mengabaikan dan mengaburkan pesan-pesan yang memang ingin disampaikan penulis dalam karyanya tersebut.
Beberapa perbedaan yang saya katakan di atas tadi antara lain:

1. Bab

Hampir semua judul bab yang ada di kedua novel tersebut berbeda. Misalnya, dalam Laskar Pelangi judul bab kedua Antedilivium, dalam The Rainbow Troops berjudul The Pine Tree Man (Lelaki Cemara Angin). Kalau judul bab yang pertama pada kedua novel itu, sama. Dalam Laskar Pelangi berjudul, Sepuluh Murid Baru, dalam The Rainbow Troops—Ten New Student. Tetapi, banyak yang beda.  Ok, mumpung ane lagi nyari pahala amal jariyah, ini ane kasi Ebook gratisnya gan:
Ebook The Rainbow Troops

Dalam The Rainbow Troops (TRT) babnya sampai 48, sedang dalam Laskar Pelangi (LP) hanya 34.



Penempatan bab tidak cenderung sama. Misalanya, dalam LP, bab yang berceritakan hal ‘ini’ ada dalam bab ke-5, dalam TRT itu ada dalam bab yang ke-10, kira-kira seperti itu.

Namun, seperti yang sudah kita semua tahu, itu semua tidak mengaburkan makna aslinya.

2. Isi

Saya menemukan ada beberapa isi yang sepertinya sengaja ditambah dan dikurangi dalam TRT. Bahkan ada yang dirubah. Saya cukup kaget dengan ini. Misalnya, di dalam LP tidak ada yang menceritakan tentang Ibu Lintang mengambil raport Lintang, namun di TRT diadakan. Ada pula dalam TRT muncul seorang pengawas sekolah bernama Pak Samadikun, orang yang suka menghina sekolah Muhammadiyah—ingin menamatkan riwayat sekolah Muhamdiyah (karena secara administratif sekolah ini tidak terhitung), dan meremehkan siswanya, terutama si Harun.

 
Beberapa istilah-istilah nama tumbuhan dalam bahasa latin di dalam TRT sepertinya banyak yang tidak muncul. Dimana kita tahu bahwa dalam LP sangat banyak.
Perubahan majas atau analogi pun banyak yang diganti, misalnya kata Jazirah Arab dalam LP diganti dengan jalak kerbau.


Waktu pun begitu, misalnya dalam LP Ikal tahu sosok A Ling sudah 5 tahun, namun di TRT menjadi 3 tahun. Perhatikan ini:

“After three years of knowing her, knowing her nails only, it was just seven months ago that I first saw her face. After writing her dozens of poems, and after immense longing, only after this night would she know my name.”
(TRT hal: 223)

“Setelah lima tahun mengenalnya, baru tujuh bulan yang lalu pertama melihat wajahnya, setelah puluhan puisi yang kutulis untuknya, berton-ton rindu untuknya, baru sore ini dia akan tahu namaku.” (LP)

Pada waktu lomba cerdas cermat yang seru itu hampir semua pertanyaan yang ada dalam kedua novel berbeda. Dan masih banyak lagi yang lainnya.

3. Dalam ending novel dalam TRT jauh berbeda dengan yang LP.

Kalau di LP setting akhirnya beberapa anggota Laskar Pelangi berada di rumah Ikal sambil ngobrol dengan ibu Ikal dan yang seolah bercerita adalah bukan dari sudut pandang orang pertama (penulis) namun, menjadi sudut pandang orang pertama, Syahdan (seorang anggota LP). Tetapi di TRT malah sangat berbeda, di akhir cerita malah penulis sendiri yang bercerita dalam sudut pandang orang pertama yang menceritakan kehidupam Belitong, dan menceritakan sedikit kisah tentang Andrea setelah pulang dari kuliahnya di Prancis dan Inggris dan latar belakang dari penulisan novel Laskar Pelangi.

Demikian inilah sedikit yang saya temukan dalam perbandingan Laskar Pelangi versi orang Melayu dengan Laskar Pelangi ala internasional. Perubahan-perubahan yang sedemikian rupa ini tentu saja atas kemauan, persetujuan dan masukan dari Andrea sendiri, karena Andrea pasti sudah paham selera orang Indonesia dan selera orang Internasional itu seperti apa. Seperti yang saya ketahui dalam kata pengantar dari Angie Kilbane bahwa sebenarnya proyek translate Laskar Pelangi sebelumnya memang sudah dilakukan Andrea sendiri.

“…A few months later, Andrea asked me to review two drafts of translations for the book. I gave him my opinion, and he eventually asked me if I would translate it…” (Angie Kilbane)

Evelyn Lee dari Amer-Asia Books dan Angie Kilbane menyatakan novel-novel tetralogi Laskar Pelangi dalam edisi bahasa Inggris penerjemahannya dilakukan sedemikian rupa sehingga edisi bahasa Inggris ini dapat dibaca dengan mudah oleh pembaca di Indonesia dan penduduk berbahasa Melayu, terutama para siswa, untuk kajian ilmiah budaya, bahkan sebagai referensi belajar bahasa Inggris.

Nah, jadi bagi teman-teman yang ingin belajar bahasa Inggris secara autodidak, buku The Rainbow Troops bisa menjadi referensi yang menyenangkan lho. Walaupun membaca halaman per halaman secara loncat-loncat, ada beberapa vocabularies (kosa-kata) baru dan frasa baru yang menambah pengetahuan saya, khususnya yang masih berkaitan dengan budaya kita, orang Indonesia.

Akhirnya temuan saya ini seperti yang sudah saya katakan, didasari pada kemampuan terjemahan saya yang tidak bisa dibanggakan itu. Mungkin saja akan berbeda hasilnya jika teman-teman lain yang membacanya—mungkin melihatnya dari angle yang berbeda. So, kalaulah ada kekeliruan, silahkan diralat saja. ^_^

***If we want to be a global citizen, at least we must master in one of those international languages whether English, Arabic, Spanish, Dutch, France, Mandarin, etc.!***



 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar