NTB BANGKIT

Sabtu, 28 Juli 2012

LAMARAN REJECTED

::: Suatu hari dua orang pemuda, Andi dan Bojes megunjungi rumah seorang pejabat teras kabupaten di sekitar kecamatannya. Bojes, menemani Andi yang ternyata akan melamar anak si bapak tersebut, sebutlah namanya Afika Alafsana. Sesampai di rumah bapak pejabat teras yang juga tokoh agama di komplek rumahnya, Bojes sebagai perantara pertemuan memulai pembicaraan.

Bojes: “Saya Bojes pak. Dan ini teman saya Andi”

Si Bapak: “Iya, ada yang bisa saya bantu?”

Bojes: “Begini pak, langsung saja. Maksud kedatangan kami berdua kemari adalah untuk melamar anak bapak yang bernama Afika Alafsana. Eh maaf, bukan kami berdua yang akan melamarnya, tapi teman saya ini, Andi”

Si Bapak: (melirik Andi sejenak)

Si Bapak: “Kalian kenal dengan Afika dimana?”

Bojes: “Sebenarnya Andi sama sekali tidak kenal Afika pak, saya yang kenal Afika, itu pun hanya pertemanan lewat Twistor.”

Si Bapak: “Terus kenapa tidak ada ini, tidak ada itu, tiba-tiba mo langsung ngelamar? Kalian saja kami tidak kenal!” (bapak itu mulai agak heran)

Bojes: “Begini pak! Sebelumnya saya mau kasi tahu dulu, di status Twistor yang sering di update Afika, isinya sering yang berkaitan dengan jodoh dan calon suami. Calon suami yang ia idamkan ga’ neko-neko, asal soleh dan rajin beribadah, itu saja. Karena dia katanya melihat dari agamanya. Itu kata Afika di statusnya pak!”

Idealismemu Rapuh
“Nah kebetulan sekali, teman saya ini mau nikah, dan saya anggap dia yang tepat sesuai dengan kriteria anak bapak. Dia orangnya rajin ke masjid solat berjama’ah pak. Makanya kami langsung mencari alamatnya dia. Pengetahuan agama Andi pun lumayan pak. (si Bapak melirik Andi lagi.  Andi tetap gugup dan malu) Tapi, sebelumnya saya mau beritahu bahwa Andi ini bukanlah orang kaya pak, dia hanya tamatan SMP, biarpun begitu ia sudah memiliki pekerjaan tetap…” (tambah Bojes)


Si Bapak: “Jadi apa, dimana?” (memotong)

Bojes melanjutkan: “Jadi tukang cuci mobil-motor pak!”

Si Bapak: (keliatan shock)

Tiba-tiba muncul Afika yang baru pulang dari kuliahnya, dia mahasiswa psikologi. Gadis itu sungguh manis dan cantik. Dalam balutan jilbab yang menutup tubuhnya ia Nampak sangat anggun. Sungguh voting semua orang pasti tidak akan menyetujui jika ia bersanding dengan Andi. Sangat kontras.
Mereka semua saling tatap. Si Bapak langsung ke belakang dan menyuruh Afika mengikutinya. Terdengar ada sedikit perbincangan di dalam sana. Andi tetap gugup, karena ide ini paling tidak masuk akal yang pernah ia alami. Ini semua ide gila si Bojes.

Si Bapak keluar dari ruang dalam.

Si Bapak: (kelihatan riang) Hmmmm, begini nak Bojes dan khususnya buat nak Andi. Setelah saya bicarakan denga Afika tadi. Dia pun terkejut dengan lamaran ini. Dan tanpa mengurangi rasa hormat Afika dan saya juga, Afika tidak bisa menerima lamaran ini. Afika ingin yang menjadi imamnya orang yang jelas Bebet, Bobot, Bibitnya. Kalian pasti ngerti kan maksudnya. Ini kata Afika sendiri.”

Andi makin menunduk, ia lesu. Namun Bojes kelihatan dongkol.

Bojes: ”Lho pak! Ko’ malah ada bebet, bobot, bibit, betet segala. Bukannya Afika sendiri yang bilang Ia memilih agama, bukan melihat dari keturunan, harta dan fisik semata!. Agama teman saya ini baik pak, akhlaknya juga baik. Saya yang menjadi jaminannya!” (agak kesal)

Si bapak: “Tapi kau lihat juga dirinya, apa pantas Afika nanti dengan seorang tukang cuci motor? Kalian juga bercermin, Afika itu seorang Mahasiswi, bukan gadis tamatan SD!”

Tiba-tiba Andi yang dari tadi diam menyahut: “Saya akan bekerja keras pak. Saya orangnya pekerja keras. Saya akan bekerja keras!” (kata-katanya gugup)

Bojes terharu melihat Andi.

Si Bapak: “Kalau kalian tidak percaya, bicara saja sendiri sama anak saya!...”
Bojes langsung berdiri dan memanggil Afika: “Afika, Afika,!” (memendam kekesalan)

Afika datang, yang sebenarnya dari tadi nguping.

Bojes: “Benar kata-kata bapakmu tadi tu Afika?”

Afika pun menjawab dengan tanpa gugup, dan dalam berkat-kata terselip juga hadits dan beberapa pandangan yang benar-benar masuk akal. Bojes tidak mau kalah, walau tak punya pengetahuan yang cukup tentang agama ia mencoba berbicara. Tetapi lagi-lagi Afika menjawabnya dengan kapasitas makin intelektual.

Bojes:”Berarti kau munafik Afika!”

Afika: :”Astagfirullah. Jaga kata-katamu.Terserah! Kalian yang tidak tidak tahu diri. Main lamar aja. Pantaskan diri dulu sana!”

Tiba-tiba Andi menarik Bojes dan mengajaknya pulang. Setelah minta maaf dan pamit, mereka hilang.
***
(Dalam perjalanan pulang)

Bojes: “Santai hep, masih banyak wanita!”

Andi: “Mendapatkan yang seperti Afika itu adakah?, yang konon melihat dari agama dan akhlaknya saja.

(Bojes terdiam sejenak. Menarik napas)

Bojes: “Hmmm, pasti ada saja ndi”

Andi:” Jes, kenapa kau mo membantu ane seperti ini?”

Bojes:”Ane kepingin buktiin omongannya dia tu ndi!, buktinya...?”

Andi: (menghela napas panjang) “Jes, sebenarnya Afika tu cocok sekali sama ente, ideal. kenapa tidak ente aja yang lamar. Mungkin kalau dia tahu siapa ente yang sebenarnya bapak sama anak tu kecantol!”

Bojes: “Tahulah ente, agama ane kan ga’ kaya’ ente”

Andi:”Bullshit itu!

...?????????????????????????????????

#Bagaimanakah kelanjutan kisahnya? Nantikan di layar FTV SCTB.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar