Teman
lama saya, yang sering saya panggil Old Brade, yang menggadang-gadang dirinya
sebagai ahli Psiko-Sosiolingustik dalam sebuah diskusi lepas menyimpulkan:
Dalam facebook ada beberapa kriteria
pencitraan diri yang bisa kita amati, 4 diantaranya adalah:
Pertama, orang yang bercitra baik/soleh.
Orang dengan citra seperti ini muncul dalam penilaian teman-teman facebook-nya
biasanya yang selalu mem-posting hal-hal yang baik saja, dan jarang kita
melihat mereka memposting hal-hal yang berkaitan dengan apa yang dia rasakan
(mood-nya saat itu). Hal-hal baik yang sering mereka posting, misalnya, seperti
hal-hal yang berkaitan dengan agama, kutipan-kutipan dari tokoh, photo-photo dengan
simbol agama, dan semisalnya. Karenanya, kita tentu saja akan menilai mereka
dengan orang-orang bercitrakan baik. Orang-orang yang seperti ini kemungkinan
besar mereka di alam nyatanya memang orang bercitra baik. Biasanya, ini
didasari rasa ingin berbagi hal-hal yang baik dengan ikhlas.
Kedua, orang yang sama citranya seperti
orang pertama dari segi postingannya. Namun, mereka ini lebih cenderung
hati-hati dan memikirkan dengan matang dalam memposting sesuatu atau men-like
suatu fan-page atau semisalnya. Karena kalau tidak hati-hati, bisa-bisa
pencitraan diri mereka meleleh bak lemak kena bara api. Misalnya, mereka pada
saat itu dalam posisi yang sedang marah melihat sebuah status, namun untuk
pencitraan, dia lebih baik berkomen dalam jalur yang nyaman dan aman saja.
Pencitraan mereka makin bagus juga
ketika teman Facebook-nya melihat statusnya seperti:
“Alhamdulillah, adzan berkumandang,
mari berbuka” (sedang berpuasa)
“Betapa nikmatnya bersujud pada-Mu di
tengah malam seperti ini” (sedang Tahajud)
“Sodara-sodariku yuk mari kita hadiri
kajian ini-itu.” Atau “Mari singsingkan lengan baju berbuat untuk birokrasi
ini-itu agar menjadi lebih baik.” (yang pertama dan kedua masing-masing para
aktivis pergerakan).
Yang ketiga, orang dengan pencitraan yang
sedang-sedang saja. Mereka tidak dianggap baik dan juga mereka tidak dianggap
terlalu buruk. Orang-orang seperti ini biasanya tidak terlalu mempedulikan apa
yang dia posting. Apakah postingannya atau komentarnya akan dinilai buruk atau
baik oleh teman Facebook-nya, dia tidak peduli. Iya karena, memang itulah dia
adanya---mereka tidak jaim. Biasanya postingan orang-orang seperti ini, biasa
saja, kadang ada postingannya baik dan disukai, kadang pula buruk dan tidak enak
didengar. Pokoknya gado-gado lah. Untuk pencitraan yang ke-3 ini sebenarnya
kurang bagus bagi mereka yang mau PDKT sama seseorang (ingat! PDKT itu bukan
hanya masalah asmara lho!). Misalnya ia memposting sesuatu yang “tidak baik”, kalau
dilihat, dan dicek nanti sama orang didekatinya, atau orang yang suka padanya,
bisa-bisa ini akan menjadi penghalang, malah berbuah kebencian. Sering unpredictable, dikira baik, eh ternyata
buruk, dikira buruk, eh ternyata baik. (padahal hanya gambaran kata-kata saja.
Inilah keajaiban sebuah perkataan).
Yang terakhir, ada pencitraan yang
bersifat profesi. Orang-orang seperti ini, biasanya hampir 95% postingannya
berupa hal-hal yang selalu berkaitan dengan sebuah profesi yang ia sukai atau
sedang jalani.
(ahli Psiko-Sosiolingustik itu berhenti
menjelaskan lalu bertanya sama ane).
Ahli: “Elu kira-kira di pencitraan yang
mana young brade,,,?”
Saya: “Terserah elu mau taruh
dimana-mana old brade. Kalau bisa ada pencitraan yang buruk, taruh dah ane
disana, ane ga’ peduli. Hahahaha”
Ahli:”Cocok dah! Hahahaha.” (tertawa
juga)
Saya: “Oiya, old brade, kalo orang
punya akun facebook, tapi setahun sekali memposting, gimana pendapat elu. Itu masuk
kategori apa?”
Ahli: “Ohf, yang seperti mereka itu
patut dicurigai sebagai mata-mata organisasi terlarang. Atau bisa juga mereka
adalah orang yang sedang kesasar.”
Saya: Oo (tetapi ga’ ngerti).
“Tetapi, young brade, mau mereka
bercitra buruk, bercitra sedang-sedang, bercitra hati-hati, bercitra
baik/soleh, karena mereka tidak kita kenal secara utuh, kita tidak pernah ikut
menyelami hidup bersama mereka, belum pernah makan malam dengan mereka, maka
tidak ada hakmu untuk berspekulasi terhadap mereka. Dunia facebook, iya dunia
maya” (tambah sang ahli dengan pandangan yang serius). Saya mengangguk lalu
bertanya.
Saya: “Bukannya elu ndiri yang
berspekulasi dan mengkotak-kotakan mereka old brade,,,?”
Ahli: (diam sejenak, terlihat berpikir
keras. Lalu tiba-tiba). Hahahhaaaa,,,haha. You’re right my young brade! Ok young
brade, gw mau ke Senggigi dulu, see you tomorrow!”
Saya: “Nah, mau ngapain malam-malam
gini ke Senggigi,,,?” (konon kawasan Senggigi terkenal dengan dunia malamnya. Tetapi,
konon juga menurut saya, Senggigi tidak ada apa-apanya dengan kehidupan malam
di bagian BELAKANG di Tiga Gili disana ->)
Ahli: “Baru aja selse diskusi. Sekarang
udah berspekulasi negatif. Young brade, ane ada proyek menerjemah beberapa
dokumen kiriman dari luar negeri di kantor Travel disana. Kalo ga’ nyari duit
begini, istri ane dirumah mau ane kasih makan apa. Bayangkan 50 ribu perlembar
brade!” (sambil berlalu)
Saya: “Wow! Berapa lembar terus tu old brade?”
Ahli: “Setengah lembar” (innocently)
Saya : -.- ”Ajari ane jadi translator dunk
old brade,,,!” (sambil teriak)
Ahli: “Bye,,,!” (teriak juga)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar