Hei, sudah ada yang beli tiket ga’? Saya
juga kurang tahu itu tiket apa? Tapi dengar-dengar tiket itu disingkat STS.
***
Mungkin sudah lumayan lama pemilik akun ini
tidak berbagi sekedar kata-kata, atau kalian juga bisa menyebutnya dengan
tulisan. Bukannya sudah tidak bersemangat lagi menulis, putus asa melihat masa
depan menjadi penulis. Bahkan saya makin yakin dengan “keajaiban” seorang
penulis. Tetapi, ada kalanya sebuah susunan-susunan kata itu disesuaikan
waktunya, terutama mood saya. Sebenarnya
ada beberapa tulisan yang ada di file, namun saya urung mem-postingnya.
Buku Yang Gurih Segurih Cara bertutur | Penulisnya |
Saya tidak ingat entah siapa dan dimana
tiba-tiba abu-abu sebuah kalimat berbunyi terlintas: “Tulisan itu bisa menjadi
cermin bagi seorang penulis itu sendiri”. Atau jangan-jangan ini memang dari
diriku saja. Ah, entahlah! Yang pasti kalimat tadi sangat kusetujui. Itulah
mengapa, ada beberapa tulisan-tulisan yang ada di file itu urungku posting,
cermin tadilah alasannya hei sahabat.
Tiba-tiba muncul pertanyaan yang terlihat
sedikit tercampur rasa penasaran. Itu openingnya Gada tiket, apaan tu? STS lagi
ah?
Sudilah untuk tak galau! Hehe. STS tadi
itulah yang kali ini saya persiapkan di-share untuk kalian. Kembali lagi ini
tentang sebuah buku. Iya buku! Hmmm, bosankah?
Kemungkinan besar bagi mereka para
penggemar buku umumnya dan khususnya bagi para penggemar buku semacam Chicken Soup for The Soul, La Tahzan, Jadid
Hayataka, Stop Woryying and Start Living, dan yang sejenisnya-judul buku
satu ini tidak asing, mungkin aku-nya saja yang baru-baru tahu. Dan ternyata
buku ini, sangat buagus!
STS tahukah hei sahabat? itu kepanjangan
dari Satu Tiket ke Surga. Sebuah buku
yang kesuksesannya berawal dari blog penulisnya. Buku yang gurih, segurih cara
bertutur penulisnya. Terlihat dari jutaan respon positif dari para pembacanya. Seperti
penulis buku-buku sejenis yang selalu pria, kali ini penulisnya adalah seorang
perempuan, Zabrina A. Bakar namanya. Sis Zabrina adalah penulis perempuan
berkebangsaan Malaysia. Satu Tiket ke Surga
ini diterjemahkan oleh Meda Satrio dari buku asli yang berjudul Life is an Open Secret You, Me and We.
Buku yang ada kali ini pada saya sebenarnya adalah buku STS yang kedua, yang
pertama saya belum baca dan belum tahu juga. Belum sampai disitu buku ini bukan
milik saya, ini miliknya Perpustakaan Kota di daerah saya (Kota Mataram, NTB), so it’s not belong to me. ZzzzzZt!
Sebenarnya buku ini dulu sering saya lihat
di rak puskot, tapi belum ngeh saja
untuk menyentuhnya. Awalnya, saya kira novel, bagaimanapun dilihat dari
judulnya, ini novel sekali. Baru tahu rasa-nya saya, membaca tiga lembar saja
rasanya ini buku cocok bagiku, memikat. Dan saya rasa untuk Anda juga, karena
bahasanya seolah-olah seperti bercerita pada kita seperti berceritanya seorang
nenek yang menjadi sahabat cucunya sebelum tidur. Hati-hati, bijak, dan hangat,
aduhai!
Kutipan-kutipan yang diambil penulis saya
lihat mirip taste-nya dengan Dr.
‘Aidh Al Qarni, penulis La Tahzan,
selain dari hadits Nabi, ia pun mencopot dari banyak kutipan-kutipan dari
bangsa-bangsa lain, maupun barat. Uniknya, setiap kutipan, penulis dengan
pandai meramunya menjadi sebuah cerita pengandaian dan tentu saja dengan banyak
kisah-kisah nyatanya juga. Inilah yang membuatnya diterima luas, mulai dari
anak ABG sampai para tetua OBA (Orang-Bau-Tanah, konon).
***
Seperti maunya semua buku-buku sejenis,
buku ‘Satu Tiket Surga 2’ ini pun maunya pembacanya menjadi lebih baik dalam
menyelami hidup. Dan rasa-rasanya tiket surga itu terlihat banyak sekali.
Menutup tulisan ini baiknya kita
mendengar Sabrina A. Bakar sedikit
bertutur:
“…Rasanya ingin aku meninggalkan komputer
ini sekarang juga dan pergi mencari cara-cara untuk mengeluarkan uangku atas
nama-Nya, juga menemukan mereka yang berkekurangan. Apa kalian merasa seperti
ini juga?...” [halaman: 48]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar