NTB BANGKIT

Rabu, 09 April 2014

Nasib Dan Nasab


Secara bahasa, saya tidak tahu dua kata tersebut apakah punya hubungan. Setahu saya dua kata tersebut memang berasal dari bahasa Arab. Mungkin ga' ada yang menarik akan apa yang saya tulis dengan judul menggunakan dua kata tersebut. Hanya iseng dan kebetulan teringat dengan kelas vocabulary dulu. Saat itu kelas mengajarkan bagaimana mencari dan mengingat kata dalam bahasa Inggris dengan menghubungkannya dengan bahasa Indonesia yang pelafalannya hampir sama. Misal; kata 'Naked' dengan 'Nekat', 'Candy' dengan 'Candi', 'Fancy' dengan 'Panci', 'Sugar' dengan 'Sukar', dan lain sebagainya. Itulah kenapa muncul kata 'Nasib dengan Nasab' ini. Unik aja!

kenapa kata Nasib dan Nasab, tidak lain ini ada kaitannya dengan apa yang saya rasakan akhir-akhir ini, tentang nasib saya yang...ah begitulah, yang jelas menyedihkan, lumayan.

Jujur, saya sebenarnya masih lebih suka mendiskusikan tentang jodoh daripada bagaimana sebenarnya hakikat nasib. Karena akal saya jauh masih bisa menerima diskusi tentang jodoh, ia masih dalam zona debatable. Walaupun keduanya, jodoh dan nasib sama-sama misterius.

Nasib dan Nasab Bila Dirunut

Bila dirunut, sebenarnya, keduanya mempunyai kesamaan kalau mau dipaksa-paksakan. Tengok, nasib itu garis hidup sedang nasab adalah garis keturunan. Tidak sampai di sana, nasib konon bisa diketahui untuk rentang waktu tertentu, entah itu 1 jam, 1 minggu, bahkan dalam hitungan bulan. Pernah mendengar pernyataan seperti ini dari para ahli, "...nasib perusahaan itu akan gulung tikar dalam hitungan bulan," nah itu! Apakah ini ramalan? Bukan! Inilah apa yang disebut analisa. Ramalan, itu hanya kata yang dipakai paranormal buat mengibuli si dungu. Padahal kalau dicermati kata si paranormal, itu semua hanya analisa semata. Namun, jauh dari itu sejatinya akal dan kehebatan analisa seseorang tak mampu menjangkau 'cara main' dari nasib, bahkan untuk 1 jam kemudian sekali pun.

Kemudian nasab, bermanfaat sekali sekiranya seorang dari sebuah klan keluarga mengetahui muasal garis keturunannya sejauh-jauhnya. Namun, sukar memang untuk mengetahui sampai 7 keturunan muasal dari sebuah garis keturunan. Kecuali jika terdokumentasi dengan baik. Saya sendiri baru tahu muasal nasab hanya sampai ayah-ibunya kakek-nenek saya. Setahu saya bangsa yang baik dalam mendalami ilmu nasab adalah bangsa Arab. Nabi Muhammad bahkan diketahui nasabnya sampai nabi Ibrahim, meski ini masih diperdebatkan kalangan ulama. Yang umum, moyang Nabi Muhammad diketahui sampai Adnan, moyangnya yang ke-20.

Nasib dan nasab sama-sama memiliki dimensi waktu yang sama, waktu lampau (past time), sekarang (present) dan yang akan datang (future). Waktu lampau nasib, yakni apa yang sudah diperbuat. Waktu sekarangnya, apa yang sedang kita alami. Dan waktu akan datangnya, yakni apa yang belum kita alami. Sedang nasab, Past time-nya adalah moyang kita, present time-nya, adalah kita sendiri, dan future-nya adalah anak cucu kita kelak. Dahsyat, ternyata runutan akan nasib-nasab memang ada kesamaan! Oiya, ternyata sampai-sampai ada yang memvonis nasib seseorang yang dilihat dari nasabnya. Ibunya pelacur, dikaitkanlah anaknya akan menjadi pelacur. Ayahnya pengusaha, lalu dikaitkanlah anaknya hebat dalam berdagang. Padahal tidak selalu begitu.

Tentunya sukar untuk mengetahui garis nasib dan garis nasab kita lebih-lebih untuk yang future time-nya. Apakah usaha Anda yang mati-matian itu ternyata tidak ada hasilnya, atau usaha Anda menyekolahkan anak Anda (garis keturunan) di sekolah agama biar jadi Kyai, eh ternyata jadi bajingan.

Lalu bagaimana?
Bagaimana apanya?

Baik untuk menyimak apa kata Kahlil Gibran tentang nasab, "Seorang pria tidak menjadi terhormat karena (garis) keturunan. Betapa banyak pria terhormat berasal dari keturunan pembunuh." (Kahlil Gibran)

Kemudian sangat dianjurkan untuk menghayati apa yang tertulis dalam Al Qur'an:
"Allah tidak akan merubah nasib suatu kaum, kecuali kaum itu sendiri yang mengubah apa-apa yang ada pada diri mereka" (QS Ar-Ra’d 13:11)
***
Rabb, saya benar-benar ingin nasib dan nasab saya kelak baik-baik.
***
Dari saya yang fakir dan banyak dosa, dan yang sangat mendambakan nasib-nasab yang baik.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar