NTB BANGKIT

Rabu, 30 April 2014

Pearl Girl

"If bright I pursue"
"B'coz unbright you have to pursue"

"If there's sign I'll close"
"B'coz no sign you have to present your feeling"

"I gave my signs, no respons"
"Let me say something about you, son. You are fading!"

"No! I am not fading. I just. . .am melting, I am musing and feeling all the atmosphere. Just only dreaming."

"Say something more!"
***
Only God knows how much I have great interest her . . .

Only God knows how much I wanna hug if available . . .

Only God knows how I observe her eyes like pearl . . .

Only God knows how dare me dreams her without manner . . .

Only God knows how difficult the heart to put in order . . .

Feel it deeper . . .
And I wish you smile brighter, well soon!

Sabtu, 26 April 2014

Zeber Di Negara Arcipelagonesia (sebuah analisa monologis)

Zeber adalah seorang warga negara Arcipelagonesia yang memiliki penyakit mental ringan, gila kelas ringan, yakni suka ngoceh kalau sedang menonton dan membaca berita di media, khususnya berita tentang politik.

Zeber: "Ini orang kayak kutu loncat aja! Berganti tahun, berganti pula partainya. Berdosa bapak sama pendiri partai tu yang capek, banting tulang, banting orang, capek mikir buat mendirikan partai! Ga' konsisten."

Zeber: "Tengok istri calon-calon pejabat ini, menjelang pemilu merakyat juga dengan rakyat melarat. Awas, bu! Orang miskin banyak mengidap penyakit menularnya. Hati-hati, bu. Akting kalian yang kaku, rakyat tahu mana yang benar-benar merakyat dan mana yang cari muka."

Zeber: "Kemarin aku kritik habis-habisan KPU. Tapi, aku gak didengar, mereka bilang aku anjing menggonggong. Hm, tapi tu liat kerja mereka gak becus-becus dari tahun ke tahun. Padahal sudah ada dua instansi tambahan yang turut andil dalam pemilu, Bawaslu, Panwaslu."

Zeber: "Kenapa aib-aib orang sampe ga' bisa wudlu diumumkan. Emang itu benar? Toh, mang kalau benar, kenapa? Yang hapal Al-Qur'an saja belum tentu berjiwa besar, baik dan bijak. Zaman dulu pun, di Irak ada pemimpin yang hapal Al-Qur'an tapi zalim."

Zeber: "Aku heran dengan orang yang satu ini, jangan-jangan dia cuman dijadikan boneka si ibu tua."

Zeber: "Masalah simbol dan lambang lagi dikritik. Cuman mengacungkan jari (klingking, telunjuk dan jempol) dikatakanlah politikus ini menyiarkan simbol illuminati, padahal di website kebanggaan mereka, simbol begitu juga ada, yakni postingan photo anak-anak muda yang mendukung partai mereka. Lantas, apa bedanya?"

Zeber: "Politisi adalah seorang aktor yang mendapat nilai A+ di kelas Drama, kecuali untuk pimpinan Partai berlambang pohon masuk angin, aku pikir dia mendapat nilai D."

Zeber: "Pengamat politik, kayak nano-nano, rame rasanya. Kayak aku donk pengamat Zaskia Gotik."


Begitulah Zeber, seorang warga dari negara Arcipelagonesia. Gak usah didengar dia gila!

Rabu, 09 April 2014

Nasib Dan Nasab


Secara bahasa, saya tidak tahu dua kata tersebut apakah punya hubungan. Setahu saya dua kata tersebut memang berasal dari bahasa Arab. Mungkin ga' ada yang menarik akan apa yang saya tulis dengan judul menggunakan dua kata tersebut. Hanya iseng dan kebetulan teringat dengan kelas vocabulary dulu. Saat itu kelas mengajarkan bagaimana mencari dan mengingat kata dalam bahasa Inggris dengan menghubungkannya dengan bahasa Indonesia yang pelafalannya hampir sama. Misal; kata 'Naked' dengan 'Nekat', 'Candy' dengan 'Candi', 'Fancy' dengan 'Panci', 'Sugar' dengan 'Sukar', dan lain sebagainya. Itulah kenapa muncul kata 'Nasib dengan Nasab' ini. Unik aja!

kenapa kata Nasib dan Nasab, tidak lain ini ada kaitannya dengan apa yang saya rasakan akhir-akhir ini, tentang nasib saya yang...ah begitulah, yang jelas menyedihkan, lumayan.

Jujur, saya sebenarnya masih lebih suka mendiskusikan tentang jodoh daripada bagaimana sebenarnya hakikat nasib. Karena akal saya jauh masih bisa menerima diskusi tentang jodoh, ia masih dalam zona debatable. Walaupun keduanya, jodoh dan nasib sama-sama misterius.

Nasib dan Nasab Bila Dirunut

Bila dirunut, sebenarnya, keduanya mempunyai kesamaan kalau mau dipaksa-paksakan. Tengok, nasib itu garis hidup sedang nasab adalah garis keturunan. Tidak sampai di sana, nasib konon bisa diketahui untuk rentang waktu tertentu, entah itu 1 jam, 1 minggu, bahkan dalam hitungan bulan. Pernah mendengar pernyataan seperti ini dari para ahli, "...nasib perusahaan itu akan gulung tikar dalam hitungan bulan," nah itu! Apakah ini ramalan? Bukan! Inilah apa yang disebut analisa. Ramalan, itu hanya kata yang dipakai paranormal buat mengibuli si dungu. Padahal kalau dicermati kata si paranormal, itu semua hanya analisa semata. Namun, jauh dari itu sejatinya akal dan kehebatan analisa seseorang tak mampu menjangkau 'cara main' dari nasib, bahkan untuk 1 jam kemudian sekali pun.

Kemudian nasab, bermanfaat sekali sekiranya seorang dari sebuah klan keluarga mengetahui muasal garis keturunannya sejauh-jauhnya. Namun, sukar memang untuk mengetahui sampai 7 keturunan muasal dari sebuah garis keturunan. Kecuali jika terdokumentasi dengan baik. Saya sendiri baru tahu muasal nasab hanya sampai ayah-ibunya kakek-nenek saya. Setahu saya bangsa yang baik dalam mendalami ilmu nasab adalah bangsa Arab. Nabi Muhammad bahkan diketahui nasabnya sampai nabi Ibrahim, meski ini masih diperdebatkan kalangan ulama. Yang umum, moyang Nabi Muhammad diketahui sampai Adnan, moyangnya yang ke-20.

Kata Sambutan Menggugah Dekan FKIP UNRAM


Setelah SK dibacakan dan kemudian nama-nama peserta yudisium diumumkan oleh Pembantu Dekan 1, tibalah waktunya kata sambutan akan disampaikan oleh orang nomor 1 di lingkungan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan UNRAM, yakni Dr. H. Wildan, M. Pd.

Awalnya, gue kira kata sambutannya garing, standar, dan ga' mengena di hati para peserta yudisium. Namun, bagi gue, kata sambutan waktu itu cukup bernilai bagi para mahasiswa yang akhirnya resmi menyandang gelar Sarjana Pendidikan.

Gaya bicara beliau yang tidak terkesan formal, itu yang gue suka. Dari indikator itu, gue akhirnya yakin ini konten pidato sepertinya akan keren. Setidaknya ga' bikin ngantuk!
Berikut kurang-lebih poin-poin dari kata sambutan beliau yang masih gue ingat, semoga bermanfaat:

1. Ini hanyalah awal dari realita yang akan Anda hadapi selanjutnya.

2. Anjloknya para Sarjana di kemudian hari adalah karena mereka merasa puas dengan ini (gelar sarjana) saja. Maka Anda wajib terus belajar!

3. Di NTB saja ada ratusan/ribuan (ini gue kurang ingat) sarjana yang masih dalam waiting list (daptar tunggu) pencari kerja. Kompetensi kalianlah yang menentukan.

4. Di kampus, kami hanya mengajarkan Anda secuil dari ilmu pengetahuan.

5. Orang sekarang banyak yang "NGOMONG TIDAK NGOMONG YANG PENTING." (serius, sampe sekarang gue ga' paham makna kalimat tsb.)

6. (ini yang paling menggugah) Ada 5 macam tipe orang di dunia ini:
-Ada orang tipe Sunnat, kehadirannya di tengah-tengah masyarakat disukai, tidak ada pun tidak mengapa.

-Ada orang tipe Mubah, kehadiran dan tidak adanya di tengah-tengah masyarakat tidak mengurangi atau melengkapi esensi satu dengan yang lainnya.

-Ada tipe orang Haram, yang keberadaannya di tengah masyarakat menimbulkan mudharat dan persoalan-persoalan baru, dan ketidakhadirannya sangat disyukuri oleh orang.

-Makruh (tak ada penjelasan)

-Sedangkan Wajib, adalah tipe orang yang kehadirannya sangat ditunggu-tunggu dan menyenangkan. Ketidakhadirannya membuat gelisah dan ga' seru kalau tanpa dia, semua mendo'akan yang baik-baik baginya.

6. Makna yang terkandung dalam poin ke-5 adalah asas kebermanfaatan kita kepada orang lain.

7. Setidaknya bagaimana pun kondisi kita, jadilah orang mubah, sunnat, bahkan harus wajib. Kalo belum bisa memberikan manfaat kepada orang lain, setidaknya jangan merugikan orang lain. Jangan jadi orang Haram!

8. Dunia sekarang kacau balau, banyak orang pintar dan berpendidikan, tetapi nilai-nilai kejujuran, kesabaran, kesopanan, kerendah-hatian, sudah hilang dan luntur. Dunia membutuhkan orang-orang yang jujur dan amanah.

Demikianlah, poin yang masih gue ingat dari kata sambutan beliau kepada peserta yudisium. Moga aja bisa menjadi lecutan semangat melakukan hal-hal yang baik bagi yang akan meniti karir ke depan.